Oleh: Mustika Wayan
"Tuhan, kenapa doa-doaku selama ini begitu sulit terwujud menjadi kenyataan yang sesuai harapan? Bukankah Engkau maha pemurah, maha memberi dan maha segalanya? Berapa sering lalu aku mesti berdoa untuk mengetuk pintuMu?"
Manu tertunduk kehabisan energi untuk melantunkan doa, bila mengenang kegagalan-kegagalan yang selalu memasuki hidupnya.
Seekor cicak yang kerap bersuara saat ia berdoa, kembali bersuara seakan menjawab kegundahannya.
"Manu, berapa kali sehari kau berucap doa berharap hal-hal baik dan kebahagiaan memasuki hidupmu? Berapa menit setiap kali kau berdoa tentang kebahagiaan dan kedamaian? Apakah pada seluruh siang dan malam kau lakukan doa yang sama selama ini?"
"Lihatlah Manu. Kau berdoa memohon cinta kasih Tuhan, lalu di sisa waktu sehari itu kau lebih banyak menyakiti ciptaanNya, dimana ada Dia sebagai Jiwa dalam mahluk hidup itu."
"Kau berdoa memohon pengampunan dariNya, namun tak sedikit pun hatimu terbuka untuk mengampuni Jiwa-Jiwa dalam diri mereka yang meminta maaf padamu."
"Kau memohon kebahagiaan, kedamaian dan ketenangan hidup, tapi segera setelah doa itu berhenti terlantun, kau segera memenuhi hari-harimu untuk menciptakan ketidakbahagiaan, kegalauan dan keresahan pada kehidupan ini, pada orang-orang yang ada dalam hidupmu."
"Apakah kau berharap semesta ini akan menumbuhkan pohon mangga saat kau tabur benih padi? Renungkanlah, Manu."
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Kesempurnaan Doa"
Post a Comment