Penulis : Mustika W.
Penerbit : Paramita Publisher
Buku ini berisi dialog penulis dengan dirinya sendiri sebagai wujud kegelisahan kreatif. Ibarat udara di dalam ruas kolong bambu merindukan bertemu dengan udara di luarnya.
Kehidupan sehari-hari yang dilakoninya membuat penulis mempertanyakan kembali signifikasi di balik peristiwa dimana dia sendiri juga memerankan salah satu peran dalam sandiwara dunia. Dialognya terasa menyublim mengungkap kebenaran universal yang dialami oleh siapa saja.
Tetapi penulis berangkat dari fenomena agama dengan berbagai pertanyaan dialognya yang selanjutnya diangkat ke tingkat spiritualitas sendiri bukanlah agama. Masyarakat modern cenderung kepada yang terakhir karana mereka menganggap beragama merupakan beban dengan segala norma dan kaidahnya. Saya juga tahu penulis bukanlah orang yang hidupnya dikendalikan oleh emosi agama saja.
Sebagai seorang dokter, ia mempercayai rasionalitas dalam mengobati pasien-pasiennya. menegakkan diagnosa bukanlah gegabah, tapi harus ada dasar yang dilakukan melewati tahapan ilmiah. Maka dualisme tampak disini. Cuma saya masih percaya pencariannya ini tidak berhenti pada rasionalitas dalam memahami Tuhan, karana rasionalitas bersifat terbatas, dualitas bahkan multisitas karana konsep apa saja yang lahir dari nalar hanyalah kreasi pikiran yang sesungguhnya belum menangkap Yang Tak Terbatas. Kalaupun ditangkap bukanlah hakekatnya yang sejati, tetapi penampakan yang sifatnya sementara.
Saya percaya langkah ini sangat positif dalam upaya penulis meningkatkan kesadaran diri, sehingga secara bertahap ia menjadi semakin berkembang dengan mempraktekkan kesucian dan cinta kasih,suka menolong, rendah hati, dan sifat-sifat mulia lainnya.
Dialog-dialog seperti ini bisa diciptakan lebih banyak lagi dengan mengamati apa saja di sekitar kita. Penulis yang memiliki ketajaman analitas akan mampu mengangkat persoalan apa saja ke tingkat spiritual. kerja apa saja yang kita lakukan akan lebih bermakna dan terarah manakala dijiwai oleh nilai-nilai spiritual.
Spiritualitas semestinya mewarnai perilaku kita. Ke arah itulah upaya kita lakukan karena spirit yang ada dalam diri masih terbatas kesadarannya akibat kekuatan cengkeraman ego.
Spirit dalam diri dikembangkan kesadarannya menjadi kesadaran spirit Yang Maha Agung. Sesungguhnya diri kita adalah spirit. Orang-orang sering meng-identifikasikan "aku" sebagai badan. Sesungguhnya "aku" adalah spirit (Roh,Atman)
Dialog spiritual membawa kita ke tahap spiritualitas Jika orang-orang diwarnai spiritual, maka masyarakat pun juga demikian. Perandaban kita akan bersinar seperti matahari.
Buku ini bisa diperoleh di toko buku - toku buku terdekat
atau
Hubungi :
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Dialog Spiritual - Referensi Buku"
Post a Comment