Oleh Mustika Wayan
Seperti meminum pil pahit pada saat sakit kepala, begitulah batin yang tidak ikhlas menebus hutang Karma. Pil pahitnya memualkan dan membosankan, sakit kepalanya pun menjengkelkan.
Namun batin yang ikhlas melunasi hutang Karma, ia merasa seperti minum obat penguat. Ia tidak tersiksa oleh rasa obat, karena ia tahu tubuhnya memerlukan itu.
Kapan saja batin seseorang dipenuhi keikhlasan menerima rasa yang tidak nyaman oleh perilaku orang lain atau peristiwa kehidupan, mengerti bahwa itu adalah proses pembelajaran dan penebusan hutang pelajaran Karma masa lalu, itulah saat ia sedang terbebas dari belenggu Karma masa lalunya.
Boleh menolak orang lain menyakiti perasaan kita di kehidupan saat ini. Boleh membenci mereka atas rasa sakit hati yang dibawanya.
Namun bila ternyata itu sebenarnya sebuah momen penebusan Karma masa lalu, maka akan dibutuhkan kehidupan lain di masa depan untuk mengalami hal yang sama.
Boleh ikhlas menerima dan memahami pelajaran dan putaran Karma itu saat ini, atau selesaikan di kehidupan berikutnya.
Semesta selalu punya ribuan kehidupan di masa depan, sebagai cadangan ruang dan waktu untuk menuntaskan pelajaran Jiwa yang belum diterima dalam kesadaran.
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Hutang Pelajaran Karma"
Post a Comment